AUDI Fashion Festival Singapore 2012 semakin memantapkan posisinya di liga mode global. Pekan Mode Singapura menghadirkan banyak desainer, di antaranya Mugler, Timo Weiland, Zac Posen, dan Roland Mouret.
Dalam waktu satu tahun, Singapura sukses merebut perhatian khalayak mode dunia. Dari posisi ke-15 pada 2010 dalam daftar kota mode dunia versi GLM, Singapura naik ke posisi delapan pada 2011, dan bahkan dianggap lebih stylish dibandingkan Tokyo yang berada di posisi sembilan.
Audi Fashion Festival Singapore selama 12 tahun berturut-turut terus berjuang menempatkan Singapura di liga mode internasional. Selain itu, Singapura sukses menggelar pekan mode busana pria pertama di Asia, Men’s Fashion Week (MFW), yang juga merupakan pekan mode ketiga di dunia. Itulah faktor yang menjadikan Singapura masuk dalam agenda kunjungan buyer internasional. Apalagi di pergelaran perdana MFW, Singapura berhasil menghadirkan sejumlah label menswear kenamaan, seperti Hugo Boss dan Shanghai Tang, serta tidak ketinggalan barisan desainer muda Asia berbakat layaknya Gil Homme dari Korea, Jail. Jeans dari Filipina, dan JBB dari Thailand.
Peran Audi Fashion Festival tak bisa dianggap remeh dalam mengangkat nama Singapura ke belantika mode dunia. Hampir di setiap penyelenggaraannya, Pekan Mode Singapura selalu menghadirkan sejumlah label mode papan atas, mulai label domestik seperti Alldressup dan Raoul hingga desainer sekelas Giles Deacon.
Nama Singapura yang kini dianggap sebagai fashion hub yang menghubungkan Asia Tenggara dan dunia juga menjadi alasan label highstreet asal Swedia, H&M, untuk menjadikan Singapura sebagai lokasi pertama butiknya di Asia Tenggara—di kawasan Orchard Road. Pada tahun ini Audi Fashion Festival menghadirkan barisan desainer internasional. Dibuka dengan koleksi Mugler yang dinakhodai Nicola Formichetti, penata gaya Lady Gaga.
Formichetti membawa koleksi musim gugur 2012 ke panggung Singapura yang sebelumnya dipertunjukkan di Paris, Maret lalu. Dalam keterangannya kepada media massa, Formichetti mengungkapkan, kehadiran Mugler di Singapura merupakan langkah yang diambil label mode asal Prancis tersebut untuk memperluas pasarnya di Asia. Label mode internasional lainnya yang juga beraksi di panggung Singapura adalah Roland Mouret dan Zac Posen.
Mouret membawa koleksi musim gugur 2012 yang didominasi siluet ikonik berbentuk jam pasir dan gaun-gaun bergaya konstruktif dalam napas futuristik nan feminin. Adapun Posen, desainer asal Amerika yang dijuluki anak emas NewYork itu, mengatakan bahwa Asia menjadi inspirasinya berkat perkembangan yang pesat di bidang mode. Adapun Singapura menarik perhatian Posen berkat gaungnya sebagai fashion hub di Asia.
“Saya merasa sangat terhormat mendapat undangan untuk berpartisipasi di Audi Fashion Festival Singapore 2012. Saya rasa ajang ini bisa menjadi gerbang bagi saya untuk lebih lama menghabiskan waktu di Asia, merancang untuk para wanita Asia, dan terinspirasi oleh mereka,” papar Posen, yang juga menganggap gaya berbusana wanita Singapura sangat quirky dan penuh variasi.
Dari Berlin, Audi Fashion Festival Singapore 2012 menghadirkan Esther Perbandt yang membawa koleksi pre-spring 2013. Namun, tentu saja panggung Singapura tidak hanya menampilkan para desainer internasional, melainkan juga memamerkan kualitas internasional dari label-label domestik. Salah satunya Raoul yang didirikan FJ Benjamin Group pada 2002 untuk memenuhi kebutuhan fashionista urban akan busana kerja yang tidak hanya profesional, juga punya elemen elegansi dan terjangkau dari segi harga. Dari sebuah label lokal yang hanya menjual kemeja pria, Raoul kini berkembang menjadi label mode internasional dengan jaringan distribusi yang tersebar di Asia, Australia, Amerika, dan Inggris.
Colin McDowell, Direktur Kreatif Audi Fashion Festival Singapore menyebutkan, resesi global yang terjadi beberapa tahun terakhir ikut berpengaruh dan memberi dorongan pada industri mode Asia untuk maju, terutama Singapura.
“Dengan melemahnya industri mode di Eropa dan Amerika, mereka yang kaum berduit akan mencari tujuan baru, dan Asia menjadi pilihan baru mereka,” papar McDowell, yang juga berprofesi sebagai editor mode dan fashion stylist di negara asalnya, Inggris.
(tty)
http://lifestyle.okezone.com
Dalam waktu satu tahun, Singapura sukses merebut perhatian khalayak mode dunia. Dari posisi ke-15 pada 2010 dalam daftar kota mode dunia versi GLM, Singapura naik ke posisi delapan pada 2011, dan bahkan dianggap lebih stylish dibandingkan Tokyo yang berada di posisi sembilan.
Audi Fashion Festival Singapore selama 12 tahun berturut-turut terus berjuang menempatkan Singapura di liga mode internasional. Selain itu, Singapura sukses menggelar pekan mode busana pria pertama di Asia, Men’s Fashion Week (MFW), yang juga merupakan pekan mode ketiga di dunia. Itulah faktor yang menjadikan Singapura masuk dalam agenda kunjungan buyer internasional. Apalagi di pergelaran perdana MFW, Singapura berhasil menghadirkan sejumlah label menswear kenamaan, seperti Hugo Boss dan Shanghai Tang, serta tidak ketinggalan barisan desainer muda Asia berbakat layaknya Gil Homme dari Korea, Jail. Jeans dari Filipina, dan JBB dari Thailand.
Peran Audi Fashion Festival tak bisa dianggap remeh dalam mengangkat nama Singapura ke belantika mode dunia. Hampir di setiap penyelenggaraannya, Pekan Mode Singapura selalu menghadirkan sejumlah label mode papan atas, mulai label domestik seperti Alldressup dan Raoul hingga desainer sekelas Giles Deacon.
Nama Singapura yang kini dianggap sebagai fashion hub yang menghubungkan Asia Tenggara dan dunia juga menjadi alasan label highstreet asal Swedia, H&M, untuk menjadikan Singapura sebagai lokasi pertama butiknya di Asia Tenggara—di kawasan Orchard Road. Pada tahun ini Audi Fashion Festival menghadirkan barisan desainer internasional. Dibuka dengan koleksi Mugler yang dinakhodai Nicola Formichetti, penata gaya Lady Gaga.
Formichetti membawa koleksi musim gugur 2012 ke panggung Singapura yang sebelumnya dipertunjukkan di Paris, Maret lalu. Dalam keterangannya kepada media massa, Formichetti mengungkapkan, kehadiran Mugler di Singapura merupakan langkah yang diambil label mode asal Prancis tersebut untuk memperluas pasarnya di Asia. Label mode internasional lainnya yang juga beraksi di panggung Singapura adalah Roland Mouret dan Zac Posen.
Mouret membawa koleksi musim gugur 2012 yang didominasi siluet ikonik berbentuk jam pasir dan gaun-gaun bergaya konstruktif dalam napas futuristik nan feminin. Adapun Posen, desainer asal Amerika yang dijuluki anak emas NewYork itu, mengatakan bahwa Asia menjadi inspirasinya berkat perkembangan yang pesat di bidang mode. Adapun Singapura menarik perhatian Posen berkat gaungnya sebagai fashion hub di Asia.
“Saya merasa sangat terhormat mendapat undangan untuk berpartisipasi di Audi Fashion Festival Singapore 2012. Saya rasa ajang ini bisa menjadi gerbang bagi saya untuk lebih lama menghabiskan waktu di Asia, merancang untuk para wanita Asia, dan terinspirasi oleh mereka,” papar Posen, yang juga menganggap gaya berbusana wanita Singapura sangat quirky dan penuh variasi.
Dari Berlin, Audi Fashion Festival Singapore 2012 menghadirkan Esther Perbandt yang membawa koleksi pre-spring 2013. Namun, tentu saja panggung Singapura tidak hanya menampilkan para desainer internasional, melainkan juga memamerkan kualitas internasional dari label-label domestik. Salah satunya Raoul yang didirikan FJ Benjamin Group pada 2002 untuk memenuhi kebutuhan fashionista urban akan busana kerja yang tidak hanya profesional, juga punya elemen elegansi dan terjangkau dari segi harga. Dari sebuah label lokal yang hanya menjual kemeja pria, Raoul kini berkembang menjadi label mode internasional dengan jaringan distribusi yang tersebar di Asia, Australia, Amerika, dan Inggris.
Colin McDowell, Direktur Kreatif Audi Fashion Festival Singapore menyebutkan, resesi global yang terjadi beberapa tahun terakhir ikut berpengaruh dan memberi dorongan pada industri mode Asia untuk maju, terutama Singapura.
“Dengan melemahnya industri mode di Eropa dan Amerika, mereka yang kaum berduit akan mencari tujuan baru, dan Asia menjadi pilihan baru mereka,” papar McDowell, yang juga berprofesi sebagai editor mode dan fashion stylist di negara asalnya, Inggris.
(tty)
http://lifestyle.okezone.com
0 komentar :
Posting Komentar