FRIDA Giannini membawa langsung “little Italia” ke catwalk Shanghai lewat debut koleksi Gucci. Di liga kota mode internasional, Shanghai mungkin tidak termasuk dalam The Big Four, yang saat ini masih dikuasai Paris, Milan, London, dan New York.
Namun, kota cantik di selatan China itu sekarang berada di bawah lampu sorot fashion dengan semakin banyaknya desainer dan label mode papan atas dunia yang memilih Shanghai sebagai pusat bisnisnya di Asia.
Adapun yang terbaru adalah Gucci. Direktur Kreatif Gucci Frida Giannini baru-baru ini berkunjung ke Shanghai untuk tiga acara eksklusif. Pertama, makan siang bisnis di rumah makan historis, Wai TanYuan, untuk merilis kampanye iklan Gucci terbaru, yang menampilkan aktris China, Li Bing Bing, sebagai wajah brand, kemudian dilanjutkan dengan fashion show pertama Gucci di tanah China yang dihadiri lebih dari 500 tamu undangan. Di atas catwalk, Giannini menyuguhkan koleksi yang baru saja “turun” dari catwalk Milan, rangkaian busana untuk musim gugur dan musim dingin 2012-2013.
Acara ketiga adalah private party ala mode yang dihelat di Gucci Club, tempat para tamu, sekaligus party-goers berkesempatan melihat koleksi istimewa dari lini Gucci Premiere berupa rancangan adibusana yang pernah dikenakan Hillary Swank di karpet merah Oscar 2011.
Apa yang menjadikan Shanghai begitu menarik di mata Giannini? “Shanghai adalah pangsa pasar yang potensial, bukan hanya bagi Gucci, juga banyak label mode asal Eropa lainnya,” jawab Giannini.
“Kami ingin memastikan Gucci punya dasar yang kuat untuk merebut perhatian pasar,” imbuhnya.
Shanghai, yang memiliki julukan Paris of the East memang memiliki daya tarik tersendiri di dunia mode. Bukan hanya Gucci dan Frida Giannini yang ngebet melakukan fashion show dan membuka flagship store di Shanghai, juga bagi sederetan label mode dan desainer papan atas lainnya. Di kota yang kini bertabur gedung pencakar langit itu, mode berkuasa layaknya mode merajai jalanan Paris. Label-label mode kenamaan dari Giorgio Armani hingga Chanel memiliki signature-nya masing-masing.
Adapun Chanel sejak dua tahun lalu telah membuka flagship store di Shanghai dengan pertunjukan spektakuler di Sungai Huangpu berlatarkan lampu-lampu distrik Pudong nan cantik. Sebelum Chanel, Lanvin dan Valentino telah lebih dulu menorehkan “tanda” keberadaannya di Shanghai dengan membuka flagship store di salah satu mal terbesar di kota itu. Sementara, Prada dan Armani akan hijrah ke Peninsula, menemani Chanel. Louis Vuitton bahkan mendahului rekan-rekannya dengan membuka flagship store dan menjadi tuan rumah pesta bertabur selebriti.
Bukan hanya itu, secara rutin, Louis Vuitton menggelar acara, salah satunya Hair Room Service yang diselenggarakan di Park Hyatt, menampilkan penata rambut kenamaan asal Prancis, John Nollett.
John Galliano mengakui dirinya menginap di Park Hyatt, namun bukan untuk berlibur, melainkan bekerja bersama David Lynch untuk menyelesaikan sesi pemotretan kampanye iklan Dior yang mengambil lokasi di Shanghai.
“Bagi para pelaku mode Eropa, Shanghai adalah kota misterius yang membangkitkan inspirasi, terutama dengan adanya kombinasi sisi kontemporer dan tradisional yang menjadi wajah Shanghai,” ujar Karl Lagerfeld, Direktur Kreatif Chanel.
Namun, selain ketertarikan mereka akan Shanghai yang begitu cepat berubah dari sebuah distrik kecil yang tak mengenal teknologi hingga menjadi kota metropolitan dalam kurun waktu satu dekade, wajah Oriental lama Shanghai-lah yang justru menjadi daya tarik utama Shanghai.
“Sayangnya, sisi tua kota ini sudah banyak tergantikan oleh modernitas,” sebut Lagerfeld.
Dan, kenyataan itu terpampang di depan mata. Polusi kini menjadi pemandangan akrab di Shanghai, begitu juga dengan gedung-gedung tinggi yang seakan berlomba menyentuh langit. Jalanan yang dulu menjadi tempat lalu lalang sepeda, becak, dan pedati, kini berubah macet dan didominasi mobilmobil buatan Eropa dan Jepang. Sementara sisi Oriental Shanghai yang tampak romantis di film Shanghai Express kini tertutup debu.
(tty)
http://lifestyle.okezone.com/
0 komentar :
Posting Komentar