KESUKSESAN industri mode tak terlepas dari adanya peran serta masyarakat selaku peminat. Selain itu, suhu sosial dan ekonomi pun menjadi faktor penting yang memengaruhi kesuksesan industri mode.
Tren terbentuk karena adanya kesadaran manusia terhadap estetika, gaya hidup, serta keinginan untuk menikmati kenyamanan yang dikaitkan dengan seluruh keterlibatan cita rasa dan inderanya. Di luar faktor-faktor tersebut, pengaruh yang tidak kalah pentingnya memengaruhi tren mode ialah keadaan sosial dan ekonomi masyarakat.
Perkembangan tren dari waktu ke waktu memang selalu bergulir cepat, salah satunya adanya tren mode di mana dipengaruhi gaya hidup dan selera konsumen yang sifatnya dinamis. Keadaan tersebut tentu tak hanya memengaruhi bentuk produk yang dihasilkan, tapi juga dorongan industri mode untuk bergerak maju.
Terkait dengan tuntutan tersebut, para pelaku industri kreatif pun perlu memiliki kepekaan terhadap tren jika menginginkan produk yang dihasilkannya dapat diterima pasar. Karenanya, mereka meski tanggap dalam membaca selera pasar, serta diharapkan memiliki kemampuan dalam melakukan trend forecasting.
"Trend forecasting merupakan kemampuan membaca tren mendatang sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan gaya hidup yang akan berkembang. Pada kenyataannya, Indonesia mempunyai 300 ragam etnik yang dapat menjadi sumber inspiratif kreatif," tutur Irvan A. Noe'man, pendiri perusahaan BD+A Design pada talkshow mengenai VirtuaLuxe, 2013 Trend Forecast Seminar di Kelapa Gading, Jakarta Utara, baru-baru ini.
Dalam menyikapi perubahan tersebut, para produsen pun harus mampu mengantisipasi kebutuhan dunia dan menerjemahkannya dalam produk yang berciri khas, sehingga tidak terus-menerus menjadi produk yang berada di bawah bayang-bayang brand asing.
Pasalnya, produk Indonesia pun tak kalah saing dan sangat potensial dengan menonjolkan ciri khas Indonesia. Jika dikembangkan, hal ini tidak saja membuka pasar dunia, tapi juga memiliki pengetahuan dan pemahaman tren secara tepat.
Hal tersebut merupakan suatu kelebihan bagi para pelaku industri kreatif, baik produsen maupun para desainer pada tataran global dengan nilai lokal yang ada, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada produknya.
"Karena itu, tema besar forecast kali ini Virtualuxe yang berasal dari kata Virtual Deluxe. Tema ini merupakan salah satu kata kunci dari gaya hidup dan perilaku manusia saat ini yang seolah menghindar dari kondisi resesi dan mencari nilai kemewahan. Perilaku tersebut tetap hadir, baik dalam bentuk elemen desain maupun penampilan visual," tambah Dina Midiani, Direktur Indonesia Fashion Week. (ind) (tty)
http://lifestyle.okezone.com
Tren terbentuk karena adanya kesadaran manusia terhadap estetika, gaya hidup, serta keinginan untuk menikmati kenyamanan yang dikaitkan dengan seluruh keterlibatan cita rasa dan inderanya. Di luar faktor-faktor tersebut, pengaruh yang tidak kalah pentingnya memengaruhi tren mode ialah keadaan sosial dan ekonomi masyarakat.
Perkembangan tren dari waktu ke waktu memang selalu bergulir cepat, salah satunya adanya tren mode di mana dipengaruhi gaya hidup dan selera konsumen yang sifatnya dinamis. Keadaan tersebut tentu tak hanya memengaruhi bentuk produk yang dihasilkan, tapi juga dorongan industri mode untuk bergerak maju.
Terkait dengan tuntutan tersebut, para pelaku industri kreatif pun perlu memiliki kepekaan terhadap tren jika menginginkan produk yang dihasilkannya dapat diterima pasar. Karenanya, mereka meski tanggap dalam membaca selera pasar, serta diharapkan memiliki kemampuan dalam melakukan trend forecasting.
"Trend forecasting merupakan kemampuan membaca tren mendatang sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan gaya hidup yang akan berkembang. Pada kenyataannya, Indonesia mempunyai 300 ragam etnik yang dapat menjadi sumber inspiratif kreatif," tutur Irvan A. Noe'man, pendiri perusahaan BD+A Design pada talkshow mengenai VirtuaLuxe, 2013 Trend Forecast Seminar di Kelapa Gading, Jakarta Utara, baru-baru ini.
Dalam menyikapi perubahan tersebut, para produsen pun harus mampu mengantisipasi kebutuhan dunia dan menerjemahkannya dalam produk yang berciri khas, sehingga tidak terus-menerus menjadi produk yang berada di bawah bayang-bayang brand asing.
Pasalnya, produk Indonesia pun tak kalah saing dan sangat potensial dengan menonjolkan ciri khas Indonesia. Jika dikembangkan, hal ini tidak saja membuka pasar dunia, tapi juga memiliki pengetahuan dan pemahaman tren secara tepat.
Hal tersebut merupakan suatu kelebihan bagi para pelaku industri kreatif, baik produsen maupun para desainer pada tataran global dengan nilai lokal yang ada, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada produknya.
"Karena itu, tema besar forecast kali ini Virtualuxe yang berasal dari kata Virtual Deluxe. Tema ini merupakan salah satu kata kunci dari gaya hidup dan perilaku manusia saat ini yang seolah menghindar dari kondisi resesi dan mencari nilai kemewahan. Perilaku tersebut tetap hadir, baik dalam bentuk elemen desain maupun penampilan visual," tambah Dina Midiani, Direktur Indonesia Fashion Week. (ind) (tty)
http://lifestyle.okezone.com
0 komentar :
Posting Komentar