KOMPAS.com – Desainer Sutanto Danu Widjaja dengan berani mendobrak pakem evening gown (gaun malam) dalam peragaan busana bertema "Evening Gown" di Jakarta Fashion & Food Festival, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Bila evening gown umumnya dibuat dengan tea length (hampir sepergelangan kaki) dan ballerina length (mencapai pergelangan kaki), koleksi gaun formal Sutanto muncul dengan panjang di atas lutut, bahkan berupa celana panjang dan celana pendek.
Hal yang sama ditampilkan oleh perancang IPMI lain yang turut mengeluarkan koleksinya pada peragaan busana tersebut. Widhi Budimulia, Syahreza Muslim, Susie Hedijanto, dan Yongki Budisutisna, tampaknya tak mau terperangkap dengan konsep evening gown yang sudah lazim saat ini. Syahreza Muslim, misalnya, bahkan memadukan gaun sepanjang setengah paha dengan stoking dengan warna yang berlawanan.
Dalam show yang digelar di Haris Hotel, Kelapa Gading, Senin (16/5/2011) lalu itu, Sutanto mengangkat tema “So Wake Up, Feeling So Sexy”. Gaun kemben, halter neck, atasan sleeveless berkerah tinggi, serta blus ala piyama yang dipadukan dengan celana pendek, muncul dalam beberapa koleksinya. Kesan feminin dan romantik dihadirkan dalam aksen lipit dan bunga, menggabungkan bahan sifon dan lace yang ringan. Warna-warnanya cenderung tegas, seperti merah, biru, tosca, ungu, dan kuning.
Ia cukup berhasil menggabungkan koleksi bajunya dengan konsep peragaan busana yang “out of the box”. Semua modelnya mengenakan rol rambut yang memenuhi kepala, dengan sepatu yang belum lengkap terpakai, hingga memberi kesan drama yang menarik. Para model memeragakan kepanikan dan kesibukan yang biasa dialami para perempuan saat mempersiapkan diri untuk menghadiri pesta.
Tema “Flights to Romance” yang diusung Widhi Budimulia justru bertolak belakang dengan konsep peragaan busana Sutanto. Widhi mengeluarkan koleksi yang sederhana, minimalis, namun tetap elegan. Bahan yang digunakan untuk koleksinya adalah tafeta, stripe, lace, dan sifon. Warna yang dipilih lebih condong ke abu-abu, off white, krem, dan coklat tanah.
Gaya feminin juga diterapkan oleh Yongki Budisutisna, yang terinspirasi gaya artis-artis Hollywood dalam tema “La Beaute Faminine”. Warna yang dipilih kebanyakan adalah warna-warna netral seperti coklat, hitam, dan emas. Koleksinya menonjolkan siluet A, dan khusus untuk peragaan kali ini ia meminimalisasi penggunaan beads dan payet.
Konsep colour blocking yang menjadi tren 2011 disuguhkan oleh Syahreza Muslim dengan tema “Love Colour and Romantic”. Gaun one shoulder warna biru dipadukannya dengan headpiece warna senada dan stoking merah menyala. Atasan draperi kombinasi warna merah dan krem ditabrakkannya dengan rok panjang satin warna ungu. Halter dress yang didominasi warna metalik ternyata menyatu di bagian leher dengan warna merah.
Syahreza ingin menyampaikan konsep hidup damai penuh cinta dari koleksi-koleksi yang ditampilkannya. Pemenang Indonesia Young Designer Contest 1994 ini terinspirasi gaya zaman Romawi yang feminin dan klasik. Koleksinya bermain dengan draperi, motif lodis bunga, dan seperti Yongki Budisutisna, meminimalisasi penggunaan beads sehingga koleksinya terkesan lebih clean.
Dengan tema “Bless Colour”, Susie Hedijanto jelas menampilkan berbagai gaun malam yang penuh warna. Koleksinya kali ini memamerkan gaun pendek, bawah lutut, dan tea length, dengan warna-warna seperti biru, hijau muda, dan merah marun. Beberapa item terdiri atas gaun panjang berwarna hijau dengan leher V yang rendah, gaun panjang warna kuning dengan aksen kerut di dada, dan gaun panjang berwarna oranye dengan garis-garis tegas pada pinggang, dada, dan atas dada.
http://female.kompas.com/read/2011/05/20/17422920/.Evening.Gown.yang.Mendobrak.Pakem
0 komentar :
Posting Komentar